Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (16: 97)
Sahabat haji dan calon haji yang dimuliakan Allah SWT,
Berangkat ke tanah suci, baik untuk menunaikan ibadah haji maupun umroh, adalah impian bagi setiap muslim baik yang sudah baligh maupun yang sudah manula sekalipun. Baik yang sudah pernah maupun yang belum pernah. Meski saat ini kuota haji dibatasi oleh pemerintah Arab Saudi, namun tetap saja peminatnya setiap tahun membludak. Ditambah lagi saat ini biaya umroh yang semakin murah, paket umroh yang tidak saja ke tanah suci tapi juga ke negara-negara yang ada jejak peninggalan sejarah Islam, menambah rindu masyarakat Indonesia untuk (kembali) berangkat ke tanah suci.
Benarkah naik haji atau umroh butuh uang? Benar, bagi mereka yang
“bergantung” pada uang. Sebenarnya, uang hanyalah alat “duniawi”. Allah SWT
berhak menggunakan alat lainnya apabila Dia berkehendak mengundang
hamba-hambaNya untuk mengunjungi rumahNya. Dan sebagai hamba, cara kita agar
pantas diundang Allah SWT adalah dengan beramal saleh.
Surah 16 ayat 97 di atas menunjukkan suatu hal, bahwa amal saleh adalah salah satu cara untuk memperoleh “hayyatan thoyibah” atau kehidupan yang lebih baik. Yang dimaksud dengan kehidupan yang lebih baik adalah kualitas hidup yang meningkat. Misalnya tadinya rezekinya sedikit, menjadi lebih banyak. Yang tadinya sakit-sakitan, menjadi lebih sehat dari sebelumnya. Yang tadinya hubungan sosialnya buruk, menjadi lebih baik. Yang keluarganya tidak harmonis, menjadi lebih mesra lagi. Termasuk yang tadinya tidak punya uang atau peluang untuk berangkat haji dan umroh, setelah beramal saleh tiba-tiba terbuka peluang dan meningkat pendapatannya.
Uniknya, ayat di atas menggunakan kata “fa” , pada kata “falanuhyiyyana” (maka sesungguhnya akan Kami berikan.....) bukan “wa” dan juga “tsuma”. Apa bedanya? Kalau “wa”, menunjukkan adanya jeda antara satu peristiwa dengan peristiwa lain. Kata “tsuma” juga menunjukkan jeda, namun lebih panjang daripada “wa”. Sedangkan “fa” tidak ada jeda. Jadi ketika seseorang beramal saleh, Allah SWT LANGSUNG membalasnya dengan pahala dan kehidupan yang lebih baik. Tentu tergantung porsi amal salehnya, semakin besar maka efek perubahan kehidupannya semakin terasa pula. Namun apapun bentuk amal salehnya, Allah SWT membalasnya.
Amalan-amalan saleh apa yang bisa menyampaikan hajat kita untuk berangkat haji dan umroh? Banyak. Bisa dengan sedekah, bisa dengan istiqomah dengan amalan kebaikan secara terus menerus, sholat tahajjud, sholat dhuha dan lainnya. Di Jakarta, ada seorang supir taksi yang bisa berangkat haji tanpa harus mengeluarkan uang seperpun. Ceritanya, suatu hari sebelum subuh dia dapat orderan dari seseorang yang akan pergi ke bandara. Ketika dalam perjalanan menuju Soekarno-Hatta International Airport, mendadak terdengar suara adzan subuh. Dia menawarkan kepada penumpangnya, apakah dia mau ikut sholat subuh dulu atau tidak. Jika tidak, maka supir tersebut tidak aka memungut bayaran dan penumpang dipersilahkan cari taksi lain. Jika mau menunggu, argo akan dimatikan. Ternyata penumpangnya mau ikutan sholat subuh juga di masjid.
Jadi, pergi haji dan umroh bukanlah urusan ada atau tidak adanya uang,
tapi ridho atau tidak ridhonya Allah SWT. Kalau Allah SWT sudah ridho, maka Dia
bisa memperjalankan hambaNya ke tanah suci meski tanpa harus mengeluarkan uang.
Wallahu’alam.
Comments
Post a Comment